Selasa, 14 Juni 2011

Radikal Bebas

PEMBAHASAN


PENGERTIAN RADIKAL BEBAS
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil (mempunyai satu elektron atau lebih yang tanpa pasangan), sehingga untuk memperoleh pasangan elektron senyawa ini sangat reaktif dan merusak jaringan.
Senyawa radikal bebas tersebut timbul akibat berbagai proses kimia kompleks dalam tubuh, berupa hasil sampingan dari proses oksidasi atau pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernapas, metabolisme sel, olahraga yang berlebihan, peradangan atau ketika tubuh terpapar polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, bahan pencemar, dan radiasi matahari atau radiasi kosmis.



Karena secara kimia molekulnya tidak lengkap, radikal bebas cenderung "mencuri" partikel dari molekul lain, yang kemudian menimbulkan senyawa tidak normal dan memulai reaksi berantai yang dapat merusak sel-sel penting dalam tubuh. Radikal bebas inilah biang keladi berbagai keadaan patologis seperti penyakit lever, jantung koroner, katarak, penyakit hati dan dicurigai proses penuaan dini ikut berperan.


PERAN RADIKAL BEBAS
Para pakar kimia di abad ke 19 semula menggunakan istilah radikal bebas untuk suatu kelompok atom yang membentuk suatu molekul. Pada saat itu, para ilmuwan tidak percaya bahwa radikal bebas dapat berada dalam keadaan bebas.
Terjadi perubahan drastis pada abad ke 20 dari hasil kerja seorang rusia bernama Moses Gomberg yang lahir di Blisavetgrad pada tahun 1866 dan hijrah bersama keluarga ke Amerika serikat pada usia 18 tahun yang mendapat gelar Doktor di universitas Micihigan pada 1894., dia membuat radikal bebas organik pertama dari trifenilmetan suatu senyawa hidrokarbon yang digunakan sebagai bahan dasar berbagai zat pewarna. Sebagai hasil dari penelitian Gomberg dan ilmuwan lain pada tahun-tahun pertama abad ke 20 istilah radikal bebas kemudian diartikan sebagai molekul yang relatif tidak stabil yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di orbit luarnya. Oleh karena elektron yang tidak berpasangan itu mengitari orbit mereka. Di dalam molekul mereka membentuk semacam efek magnet yang menyebabkan radikal bebas berikatan dengan molekul-molekul di dekatnya.
Banyak radikal bebas sangat tidak stabil sehingga keberadaan mereka hanya sesaat , selama hidup mereka yang sangat singkat itu radikal bebas bertindak seperti katalis yang menjembatani reaksi kimia dan berubah bentuknya dalam molekul lain.
Sebenarnya radikal bebas ini penting artinya bagi kesehatan dan fungsi tubuh yang normal dalam memerangi peradangan, membunuh bakteri, dan mengendalikan tonus otot polos pembuluh darah dan organ-organ dalam tubuh kita. Kunci kerjanya radikal bebas yang aman dan efektif dalam tubuh kita bila tidak dalam jumlah yang berlebihan atau dalam keadaan seimbang, akan tetapi masalahnya adalah mekanisme keseimbangan tubuh kita yang sangat rapuh ini sering sekali keluar jalur sehingga menimbulkan penyakit.
Saat tubuh kita dipenuhi radikal bebas yang berlebihan maka molekul yang tidak stabil yang berada didalam tubuh kita berubah bentuk menjadi molekul pemangsa. Mereka mulai bergerak liar dan menyerang bagian tubuh yang sehat maupun yang tidak sehat sehingga terjadi penyakit.
Berbagai penyakit yang telah diteliti dan diduga kuat berkaitan dengan aktivitas radikal bebas. Penyakit-penyakit tersebut mencakup lebih dari 50 kelainan seperti Stroke, Asma, Pankreatitis, Berbagai penyakit radang usus, Penyumbatan kronis pembuluh darah di jantung, Penyakit parkinson, Sel Sickle Leukemia, Artritis rematoid, Perdarahan otak & tekanan darah tinggi, bahkan AIDS.
Untuk memperbaiki keadaan ini tubuh kita membentuk pembasmi radikal bebas yang dikenal sebagai antioksidan endogen. Antioksidan endogen ini akan menetralisir radikal bebas yang berlebihan itu sehingga tidak merusak tubuh. Antioksidan endogen ini dikemukakan oleh ilmuwan Amerika pada tahun1968 oleh J.M. Mc Cord dan I. Fridovich yang menemukan enzim antioksidan alami dalam tubuh manusia yaitu Superoksid dismutase yang saat ini disingkat SOD.. Hanya dalam waktu singkat setelah teori tersebut disampaikan, selanjutnya ditemukan enzim-enzim antioksidan alami lainnya seperti Glutation peroksidase , Katalase yang siap menetralisir radikal bebas yang berlebihan agar tetap seimbang. Saat ini enzim-enzim antioksidan alami ini sudah dapat diperiksa kadarnya dalam tubuh di laboratorium.
Sedangkan antioksidan yang kita makan dari luar melalui makanan atau melalui food suplemen untuk membantu tubuh melawan kelebihan radikal bebas, kita sebut antioksidan eksogen. Radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh maupun dari lingkungan. Manusia setiap detiknya menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas dapat dihasilkan pada proses respirasi, proses pencernaan dan proses metabolisme selalu menghasilkan radikal bebas. Peningkatan radikal bebas pun dapat dipicu oleh stres atau olah raga yang berlebihan. Faktor lingkungan pun dapat meningkatkan radikal bebas seperti polusi udara, radiasi sinar matahari (ultraviolet), zat kimia, asap rokok, asap kendaraan bermotor, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Menurut Dr. Kenneth H. Cooper ada 4 langkah yang bisa dilakukan untuk melawan bahaya radikal bebas dalam tubuh :
1. Berolah raga dengan intensitas rendah
Pada keadaan normal radikal bebas terbentuk secara amat perlahan kemudian dinetralisir oleh antioksidan yang ada dalam tubuh. Namun jika laju pembentukan radikal bebas sangat meningkat karena terpicu oleh latihan yang terlalu keras atau berolahraga secara berlebihan sehingga jumlah radikal bebas akan terbentuk melebihi kemampuan sistem pertahanan tubuh, maka molekul pemberontak tambahan yang tidak dapat dicegah ini lalu menyerang membran sel , sehingga terjadi kerusakan pada sel-sel tubuh kita yang mengakibatkan timbulnya penyakit . Sebaliknya dengan meningkatkan ketahanan tubuh kita secara bertahap melalui program latihan olah raga dengan intensitas rendah yang disarankan seperti jalan cepat, jogging, berenang, dan bersepeda statis ini, dapat meningkatkan enzim antioksidan endogen seperti enzim superoksid dismutase, glutation peroksidase dan katalase untuk mencegah kerja setiap radikal bebas yang merusak.
2. Mengkombinasikan beberapa antioksidan setiap hari
Seperti kita ketahui campuran antioksidan ada beraneka ragam bergantung pada usia, jenis kelamin, dan tingkat kegiatan , serta bobot badan kita.
3. Mengatur diet dan memasak secara benar agar antioksidan dalam makanan tidak rusak
Sekalipun kita mengetahui suatu makanan mengandung banyak antioksidan, ini tidak berarti bahwa jika kita memakannya akan memperoleh seluruh keuntungan yang terdapat di dalam makanan tersebut. Nilai gizi makanan dapat hilang banyak selama pegemasan, penyimpanan, pemasakan, atau penyiapan lain .
Ada beberapa langkah dalam menyiapkan makanan yang benar :
• Perubahan pH-nya, keasaman atau kebasaannya makanan dapat terjadi selama proses pembuatannya.
• Penambahan zat tambahan misalnya vetsin.
Metode memasak yang baik untuk mempertahankan kandungan antioksidan sebagai berikut :
• Hindari bahan-bahan yang sudah layu dalam pengolahan makanan.
• Hindari pemotongan, perajangan, pengirisan, pembilasan atau perendaman yang berlebihan.
• Cobalah mengkonsumsi air yang kita gunakan dalam merebus bahan makanan mungkin antioksidan ada didalamnya.
• Jangan menyimpan makanan yang telah dimasak di dalam kulkas lebih dari satu hari tanpa menggunakan wadah yang kedap udara.
• Jangan menghangatkan kembali makanan nabati yang telah dimasak satu kali.
• Hindari mempertahankan kehangatan makanan selama lebih dari 30 menit sebelum dihidangkan.
• Jangan menyimpan bahan makanan segar dalam lemari es lebih dari 1 minggu.
4. Bergaya hidup bebas dari radikal bebas
Tidak ada jalan untuk mundur atau melarikan diri ke suatu lingkungan yang betul-betul bebas dari gangguan radikal bebas. Dengan hidup di tengah masyarakat modern kita akan terpapar oleh berbagai pemicu dari lingkungan yang memacu pembentukan molekul radikal bebas yang bisa merusak dalam tubuh kita. Kendati demikian kita dapat meminimalisasi ancaman radikal bebas terhadap kesehatan kita dan membuat hidup kita lebih panjang serta menjadi lebih produktif secara maksimal.
Beberapa hal sulit yang perlu diperhatikan :
• Berhadapan dengan kebiasaan-kebiasaan pribadi yang sudah berakar kuat, misalnya merokok.
• Mengatasi berbagai hambatan yang tampaknya sulit teratasi, misalnya pencemaran udara di tempat kita hidup atau bekerja.


OKSIDATIF STRES
Stres oksidatif adalah suatu keadaan dimana jumlah molekul radikal bebas yang dihasilkan dari metabolisme tubuh, jumlahnya melebihi kapasitas tubuh untuk menetralisirnya. Akibat dari hal ini adalah intensitas proses oksidasi sel-sel tubuh yang normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih banyak.
Keadaan stress oksidatif membawa pada kerusakan oksidatif mulai dari tingkat sel, jaringan hingga ke organ tubuh. Kondisi sel-sel yang rusak inilah yang akhirnya bermanifestasi menjadi penyakit dan proses penuaan sel menjadi lebih cepat (premature aging). Stres oksidatif ini dapat terjadi karena dipicu oleh beberapa kondisi, namun pada dasarnya stres oksidatif ini terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara molekul radikal bebas dan penetralisirnya (antioksidan). Penyebabnya bisa dikarenakan kurangnya antioksidan atau kelebihan produksi radikal bebas oleh tubuh.
Oksigen yang kita hirup akan diubah oleh sel tubuh secara konstan menjadi senyawa yang sangat reaktif, dikenal sebagai senyawa reaktif oksigen yang diterjemahkan dari reactive oxygen species (ROS), satu bentuk radikal bebas. Perisitiwa ini berlangsung saat proses sintesa energi oleh mitokondria atau proses detoksifikasi yang melibatkan enzim sitokrom P-450 di hati. Produksi ROS secara fisiologis ini merupakan konsekuensi logis dalam kehidupan aerobik.
Sebagian ROS berasal dari proses fisiologis tersebut (ROS endogen) dan lainnya adalah ROS eksogen, seperti berbagai polutan lingkungan (emisi kendaraan bermotor dan industri, asbes, asap roko, dan lain-lain), radiasi ionisasi, infeksi bakteri, jamur dan virus, serta paparan zat kimia (termasuk obat) yang bersifat mengoksidasi. Ada berbagai jenis ROS, contohnya adalah superoksida anion, hidroksil, peroksil, hidrogen peroksida, singlet oksigen, dan lain sebagainya.
Makrofag pada lesi aterosklerotik memproduksi ROS berupa O2- yang berlebihan, dan mampu menginduksi oksidasi LDL. Stres oksidatif tersebut dapat mempromosi aktivasi atau disfungsi endotel, serta menginduksi ekspresi molekul adesi (misalnya, VCAM 1) dan kemokin (misalnya, MCP 1), sehingga memacu migrasi monosit. In vitro, LDL-oks menginduksi ekspresi VCAM 1, lalu berakumulasi ke dalam intima, sedangkan MCP 1 (kemoatraktan monosit yang poten) menginduksi migrasi monosit masuk ke dalam intima. Stres oksidatif juga menurunkan ekspresi eNOS, sehingga mempromosi pembentukan sel busa.

Tubuh kita memiliki caranya sendiri dalam menanggulangi bahaya dari radikal bebas ini melalui rangkaian enzim antioksidan yaitu superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GSH Px), katalase, serta senyawa non enzim, yaitu protein kecil glutation. Inilah yang disebut antioksidan endogen karena diproduksi dalam tubuh kita sendiri. Namun lingkungan tempat kita hidup sehari-hari, makanan yang kita konsumsi, berbagai macam polusi yang jumlahnya semakin meningkat dan gaya hidup penuh tekanan menyebabkan paparan tubuh terhadap radikal bebas menjadi berlebih dan tubuh tidak mampu menetralisirnya. Karena itu lah kerja dari antioksidan endogen perlu dibantu oleh asupan antioksidan dari luar (eksogen) agar sel-sel tubuh tidak cepat mengalami penuaan sebelum waktunya
Antioksidan eksogen dapat kita peroleh dari konsumsi makanan kaya vitamin E dan C. Belakangan ini para ahli telah meneliti berbagai senyawa fitokimia yang dapat bermanfaat sebagai alternatif antioksidan selain vitamin E dan C, yang disebut senyawa Fenolik. Senyawa fenolik mudah ditemukan pada berbagai tumbuh-tumbuhan hijau, rempah dan buah-buahan. Senyawa lainnya yang bersifat antioksidan adalah karotenoid, yang dapat kita peroleh dari konsumsi sayur dan buah-buahan berwarna terang seperti tomat dan wortel.

GANGGUAN KESEIMBANGAN ANTARA RADIKAL BEBAS
Radikal bebas dalam tubuh akan terbentuk pada saat :
1. Waktu kita bernafas
2. Olah raga berlebihan
3. Jika terjadi peradangan
4. Terpapar polusi lingkungan (asap rokok, kendaraan bermotor, radiasi).
Pada saat terjadi infeksi, radikal diperlukan untuk membunuh mikroorganisme penyebab infeksi. Tetapi paparan radikal bebas yang berlebihan dan secara terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan sel, mengurangi kemampuan sel untuk beradaptasi terhadap lingkungannya, dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian sel. Radikal bebas bersifat reaktif, dapat menyebabkan kerusakan sel, mengurangi kemampuan adaptasi sel, bahwa kematian sel sehingga timbul gangguan / penyakit.
Untuk melawan bahaya radikal bebas, tubuh kita telah mempersiapkan penangkal, yaitu :
• Antioksidan Primer, berfungsi mencegah radikal bebas, misalnya transfein, feritin, albumin.
• Antioksidan Sekunder, berfungsi menangkap radikal bebas dan menghentikan pembentukan radikal bebas, misalnya Superoxide Dismutase (SOD), Glutathion Peroxidase (GPx), vitamin C, vitamin E, B-Caroten.
• Antioksidan Tersier atau repair enzime, berfungsi memperbaiki jaringan tubuh yang rusak oleh radikal bebas.

PERAN RADIKAL BEBAS TERHADAP MEMBRAN DAN DNA SEL
Senyawa radikal bebas merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan DNA di samping penyebab lain seperti virus, Blla kerusakan tidak terlalu parah, masih dapat diperbaiki oleh sistem perbaikan DNA. Namun, bila sudah menyebabkan rantai DNA terputus di berbagai tempat, kerusakan ini tidak dapat diperbaiki lagi sehingga pembelahan sel akan terganggu. Bahkan terjadi perubahan abnormal yang mengenai gen tertentu dalam tubuh yang dapat menimbulkan penyakit kanker.
Kerusakan yang terjadi pada :

Kerusakan membran sel
Komponen terpenting’ membran sel mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang sangat rentan terhadap serangan radikal bebas. Kalau ini terserang struktur dan fungsi membran akan berubah yang dalam keadaan ekstrem akhirnya mematikan sel-sel pada jaringan tubuh.

Kerusakan protein
Terjadinya kerusakan protein akibat serangan radikal bebas ini termasuk oksidasi protein yang mengakibatkan kerusakan jaringan tempat protein itu berada. Contohnya kerusakan protein pada lensa mata yang mengakibatkan katarak.

Kerusakan lipid peraksida
Ini terjadi bila asam lemak tak jenuh terserang radikal bebas. Dalam tubuh kita, reaksi antar zat gizi tersebut dengan radikal bebas akan menghasilkan peroksidasi yang selanjutnya dapat menyebabkan kerusakan sel, yang dianggap salah satu penyebab terjadinya berbagai penyakit degeneratif.

Proses penuaan
Umumnya, semua sel jaringan organ dapat menangkal serangan radikal bebas karena di dalamnya terdapat sejenis enzim khuSUS yang mampu melawan. Namun, karena manusia secara alami mengalami degradasi seiring dengan peningkatan usia akibat radikal bebas itu sendiri, otomatis pemusnahannya tidak pernah mencapai 100% meski secara teori dapat dipunahkan oleh berbagai antioksidan. Belum lagi adanya rangsangan untuk membentuk radikal bebas yang berasal dari lingkungan sekitar. Karena itu, secara perlahan-Iahan tapi pasti, terjadi kerusakan jaringan oleh radikal bebas yang tidak terpunahkan.
Kerusakan jaringan secara pelan ini merupakan proses terjadinya ketuaan, seperti kehilangan elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit tampak keriput, terjadinya lipofuchsin atau bintik-bintik pigmen kecoklatan di kulit yang merupakan timbunan sisa pembakaran dalam sel. Bagi anda yang ingin awet muda tentu perlu banyak mengkonsumsi zat gizi yang meminimalkan efek radikal bebas ini.

Dapat menimbulkan autoimun
Dalam keadaan normal, antibodi hanya terbentuk bila ada antigen yang masuk dalam tubuh. Autoimun adalah terbentuknya antibodi terhadap suatu sel tubuh biasa dan hal ini dapat merusak jaringan tubuh dan sangat berbahaya.

Antioksidan pelindung kesehatan
Tanpa disadari dalam tubuh kita secara terus menerus terbentuk radikal bebas melalui peristiwa metabolisme sel normal, peradangan, kekurangan gizi dan akibat respons terhadap pengaruh dari luar tubuh: polusi lingkungan, ultraviolet, asap rokok, dll.
Sebab itu tubuh kita memerlukan suatu substansi penting yakni antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dengan meredam dampak negatif senyawa ini.
Sistem antioksidan tubuh sebagai mekanisme perlindungan terhadap serangan radikal bebas, secara alami telah ada dalam tubuh kita. Dari asal terbentuknya, antioksidan ini dibedakan menjadi dua yakni intraseluler (di dalam sel) dan ekstraselluler (di luar sel) atau pun dari makanan.

Radikal bebas mempunyai beberapa tipe dan dikelompokkan dalam spesies : :
1. Spesies oksigen reaktif
Spesies oksigen reaktif diperoleh melalui proses penambahan maupun reduksi molekul oksigen (O2). Berbagai spesies oksigen yang merupakan radikal yang reaktif antara lain : superoksida (O2), peroksida serta radikal hidroksil.
Proses pembentukan superoksida ditengarai oleh enzim oxidase Nicotinamide adenina dinucleotide phosphate [NAD(P)H-oksidase] dan enzim xantin-oksidase.
Pada keadaan tertentu seperti infeksi, enzim NAD(P)H-oksidase yang terletak pada membran neutrofil akan teraktivasi 20 kali lebih banyak dibandingkan keadaan normal. Pada satu sisi superoksida yang dihasilkan dapat membunuh bakteri, namun pada sisi lain juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Xantin oxidase merupakan hasil perubahan xantin dehidrogenase pada keadaan iskemia. Xantin oxidase akan mengubah hipoxantin dan xantin menjadi asam urat dengan menggunakan oksigen sebagai katalisator. Pada mitokondria terjadi metabolismo energi yang mengubah 95% O2 menjadi air. Pada beberapa keadaan dapat terjadi kebocoran rantai respirasi sehingga terjadi reduksi O2 menjadi superoksida.
Enzim sueproxide-dismutase (SOD) dapat mengubah superoksida menjadi hidrogen peroksida (H2O2). Hidrogen peroksida juga dapat diubah menjadi air (H2O) dengan bantuan katalase atau glutathione (GSH) peroxidase. Glutation (GSH) hádala tripeptida yang terdiri dari glutamat, sistein dan glisin 5. Pada reaksi dengan GSH peroksidase, GSH akan mengalami oksidasi menjadi glutation disulfida (GSSG), yang dapat diubah kembali menjadi glutation melalui reduktase glutation dengan bantuan NAD(P)H.
2. Species nitrogen reaktif
Oksida nitrit (NO) merupakan spesies nitrogen yang paling reaktif. Oksida nitrit yang dihasilkan oleh berbagai sel dan jaringan dengan bantuan enzim Nitric Oxide Synthase (NOS) yang akan mengkatalisis konversi L-arginin menjadi L-sitrulin, dengan NO sebagai produk sisa. Ada 3 bentuk isoform enzim NOS, yaitu :
1. neuronal NOS (nNOS;tipe 1) yang ditemukan pada sistim saraf.
2. inducible NOS (iNOS;tipe 2) yang ditemukan pada makrofag dan sel imun;
3. endotelial NOS (eNOS;tipe 3) yang ditemukan pada sel-sel endotel.

Banyak jaringan yang dapat mengekspresikan satu atau lebih dari ketiga isoform ini. Isoform nNOS dan e NOS dihasilkan terus-menerus (consecutive NO) oleh jaringan sehat dan aktivitasnya Sangat dipengaruhi oleh substrat yang dapat meningkatkan konsentrasi kalsium intrasellular seperti asetilkolin dan bradikinin, Namun stimulasi terhadap enzim tersebut hanya menghasilan sejumlah kecilNO, sedangkan isoform iNOS merupakan enzim yang tidak tergantung kalsium dan hanya diekspresikan oleh makrofag melalui stimulasi sitokin serta lipolisakarida pada proses inflamasi yang pada akhirnya akan menghasilkan NO dalam jumlah besar.
3. Peroksinitrit
Reaksi antara superoksida dan NO akan membentuk peroksinitrit. Peroksinitrit merupakan molekul yang lebih reaktif dibandingkan superoksida maupun NO sendiri. Peroksinitrit dapat menyebabkan berbagai reaksi kimia pada sistim biologi, meliputi pemicu peroksidasi lipid, penghambatan transport electron mitokondria, oksidasi komponen thiol, dan juga mempunyai aktivitas pemotongan DNA yang poten.oleh karenanya peroksinitrit memegang peranan penting dalam apoptosis dan mutasi gen 16. Pada sisi lain, enzim superoksida dismutase(SOD) dapat bersaing dengan NO dalam bereaksi dengan superoksida sehingga dianggap sebagai enzim “ NO sparing “ 4,16 .
Sebagai contoh Stres oksidatif pada penyakit hati menunjukkan terjadinya kerusakan sel hati yang disebabkan oleh peningkatan pembentukan senyawa oksigen reaktif (ROS/ reactive oxygen species) dan atau penurunan antioksidant1.
Pembentukan ROS yang meningkat dapat disebabkan adanya gangguan pada proses reduksi oksigen di mitokondria, sekresi ROS oleh sel darah putih, disfungsi endotel, polusi udara atau radiasi.ROS dapat menyebabkan kerusakan membran sel melalui mekanisme peroksidasi lipid pada membran sel, memodifikasi protein dan DNA melalui proses oksidasi sehingga terjadi perubahan fungís protein yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap proteolisis, yang akhirnya menyebabkan injury pada hepatosit. Sedangkan penurunan antioksidan sebagai mekanisme perlindungn pada hepatosit dapat meredam dampak negatifnya.
Kerentanan protein terhadap kerusakan oksidatif berbeda-beda, sebagai contoh albumin akan mengalami oksidasi 2 kali lebih cepat dibandingkan glutamin sintase dan juga protein yang intak kurang sensitif terhadap oksidasi dibandingkan protein yang cacat. Pada sisi lain, radikal hidroksil yang dikonversi dari superoksida mempunyai peran dalam membunuh bakteri bersama-sama dengan mekanise lain (enzim lisosom dan mieloperoksidase).
Oksidasi nitrit berperan dalam berbagai aktivitas biologi.Oksida nitrit yang dihasilkan oleh nNOS melalui aktivasi Ca 2+ dapat merusak sel-sel otak dan miokardium sedangkan NO yang dihasilkan oleh iNOS dapat menyebabkan kematian sel endotel melalui mekanisme apoptosis, disfungsi sel endotel dan mempercepat iskemia. Sebaliknya, NO yang dihasilkjan oleh aktivasi eNOS mempunyai efek proteksi seperti menurunkan agregasi trombosis, mencegah adhesi lekosit dan meningkatkan vasodilatasi pembuluh darah arteri dan aliran darah serta mengatur contractilitas sehingga berperan dalam pengaturan tekanan darah,mediasi aktivitas bakterisidal dan tumorsidal makrofag.







DAFTAR PUSTAKA


R.K. Murray, K.D. Granner, P.A. Mayes, V.W. Rodwell, Biokimia Harper, 1997
Dr.Albert GO Sumampouw / www.medikaholistik.com / 180102

1 komentar:

  1. setiap mengutip, disertai footnote dengan mencantumkan sumber, agar dapat dijadikan sebagai sumber rujukan pembaca. terima kasih

    BalasHapus