Selasa, 14 Juni 2011

Jalur HPA Axis

PENGERTIAN HPA Axis

HPA axis adalah sistem neuroendokrin (syaraf-hormon) tubuh yang melibatkan hypothalamus (bagian dari otak kecil, red.), kelenjar hormon pituitary, dan kelenjar adrenal (kelenjar yang terletak melekat pada bagian atas ginjal). Sistem komunikasi kompleks ini bertanggungjawab untuk menangani reaksi stress dengan mengatur produksi kortisol, sejenis hormon dan merupakan mediator rangsang syaraf. HPA-axis dalam konsep psikoneuroimmunologi menjelaskan mekanisme sebuah keyakinan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan tubuh seseorang. HPA-axis merupakan sebuah jalur kompleks interaksi antara tiga sistem yang terjadi dalam tubuh yang mengatur reaksi terhadap stress dan banyak proses dalam tubuh, termasuk didalamnya proses pencernaan, sistem ketahanan tubuh, mood dan tingkat emosi, gairah seksual, penyimpanan energi dan penggunaannya.
Keadaan stress secara psikologis akan merangsang penurunan produksi hormon beta endorphin yang meningkatkan tingkat ambang rangsang. Stress juga memicu ketidakteraturan produksi hormon kortisol sehingga hipotalamus meningkatkan produksi CRH atau hormon kortikotropin yang pada akhirnya menyebabkan kelemahan, dan penurunan daya tahan tubuh. Jika terjadi stress pada penderita penyakit menahun akan menyebabkan ia jatuh pada kondisi yang lebih buruk
Hipotalamus-hipofisis-adrenal axis (HPA atau HTPA sumbu), juga dikenal sebagai limbik-hipotalamus-hipofisis-adrenal axis (LHPA sumbu), adalah sebuah kompleks pengaruh langsung dan umpan balik interaksi antara hipotalamus (yang kosong, saluran - membentuk bagian dari otak), maka kelenjar pituitari (sebuah struktur berbentuk kacang polong yang terletak di bawah hipotalamus), dan adrenal (atau suprarenal) kelenjar (kecil, organ kerucut di atas ginjal).
HPA-Axis dirancang untuk memindahkan tubuh dari bahaya dengan tiba-tiba dan berkelanjutan tenaga. Sebagai respon terhadap stres, sistem limbik mematikan bergegas pencernaan nutrisi darah ke otot-otot panjang; merangsang hipofisis adrenal untuk melepaskan hormon melawan dan penerbangan, amigdala.





JALUR HPA Axis

Hipotalamus merupakan pusat kontrol untuk sebagian besar sistem hormon tubuh.
Sel-sel dalam hipotalamus menghasilkan hormon corticotrophin-releasing factor (CRF) pada manusia sebagai tanggapan atas sebagian besar semua jenis stres fisik atau psikologis, yang pada gilirannya mengikat reseptor spesifik pada sel-sel hipofisis, yang menghasilkan hormon adrenocorticotropic (ACTH).
ACTH ini kemudian diangkut ke targetnya kelenjar adrenal merangsang produksi hormon adrenalin. Kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal lalu meningkatkan sekresi kortisol. Pelepasan kortisol memulai serangkaian efek metabolik yang bertujuan untuk mengurangi efek berbahaya dari stres melalui umpan balik negatif baik kepada hipotalamus dan hipofisis anterior, yang mengurangi konsentrasi ATH dan kortisol di dalam darah setelah keadaan stres reda.
Psikoneuroimunologi sebagai ilmu yang digunakan untuk menjelaskan tentang respons imun pada kondisi stres mulai dikembangkan. Holden (1980) dan Ader (1981) menyatakan bahwa psikoneuroimunologi adalah kajian yang melibatkan berbagai segi keilmuan, neurologi, psikiatri, patobiologi dan imunologi. Martin (1938) mengemukakan 2 konsep dasar psikoneuroimunologi yaitu:
 Status emosi menentukan fungsi sistem kekebalan
 Stres dapat meningkatkan kerentanan tubuh terhadap infeksi dan karsinoma.

Sistem saraf, endokrin, dan sistem imun saling berhubungan dengan memanfaatkan berbagai substansi penghantar sinyal stres dan reseptor sinyal, yang berakibat terjadi pengaturan perilaku sel pada sistem imun। Stres dapat menyebabkan peningkatan kortisol dan katekolamin sehingga akan menekan aktivitas sel imunokompeten yang berakibat pada penurunan ketahanan tubuh.
Konsep ini memberi peluang untuk menjelaskan perubahan biologis sebagai bentuk respons stres oleh rangsangan. Sinyal stres yang dirasakan individu, dirambatkan melalui hypotalamic - pituitary - adrenocortical axis (HPA axis). Stresor menyebabkan peningkatan corticotropin releasing factor (CRF) hipotalamus, yang memicu aktivitas HPA aksis. Pengaruh kortisol pada hambatan sekresi IL-l eleh makrofag dan IT,-2 .Boleh sel Th yang clapat menurunkan sintesis imunogobulin oleh sel.
Dalam ilmu psikologi stres diartikan sebagai suatu kondisi kebutuhan tidak terpenuhi secara adekuat sehingga menimbulkan adanya ketidakseimbangan. Taylor (1995) mendeskripsikan stres sebagai pengalaman emosional negatif disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif dan perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stres. Sedangkan Selye (1976) mendefinisikan stres sebagai ‘the nonspesific response of the body to any demand‘, stress juga dapat diartikan sebagai berikut, ‘stress occurs where there are demands on the person which tax or exceed his adjustive resources’ (Lazarus, 1976).
Stres dapat mengenai semua orang dan semua usia. Stres baik ringan, sedang maupun berat dapat menimbulkan perubahan fungsi fisiologis, kognitif, emosi dan perilaku. Stres dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu akut dan kronik (Wheaton, 1983). Sedangkan dalam penelitian Ross dan Viowsky (1979) menyatakan bahwa efek psikologi tidak tergantung pada jumlah stres maupun beratnya stres yang terjadi, akan tetapi tergantung pada status stress itu sendiri, apakah stres tersebut diinginkan (desirable stress) atau tidak diinginkan (undesirable stress). Stres yang tidak diinginkan mempunyai potensi yang lebih besar dalam menimbulkan efek psikologik.
Menurut Prawirohusodo, stresor adalah faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres. Stresor dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu :
 Stresor fisikbiologik : dingin, panas, infeksi, rasa nyeri, pukulan dan lain-lain.
 Stresor psikologis : takut, khawatir, cemas, marah, kekecewaan, kesepian, jatuh cinta dan lain-lain.
 Stresor sosial budaya : menganggur, perceraian, perselisihan dan lain-lain.
Stres yang merusak sering disebut distress, adalah ketika seseorang mendapat impuls rangsangan secara terus-menerus dan berulang kali yang melampaui batas adaptasi. Telah dilaporkan bahwa pekerja yang berada atau bekerja di tempat yang mempunyai tingkat kebisingan tinggi sering mengalami gangguan kesehatan dan mudah terserang infeksi (Budiman, 2004).


KOMPONEN & SISTEM YANG TERLIBAT DALAM HPA Axis

Komponen-komponen yang terlibat :
 paraventrikular inti dari hipotalamus, yang berisi neuroendokrin neuron yang mensintesis dan mengeluarkan vasopresin dan kortikotropin-releasing hormone (CRH).
Kedua peptida mengatur:
 Lobus anterior dari kelenjar pituitari. Secara khusus, dan vasopresin CRH merangsang sekresi adrenocorticotropic hormon (ACTH), yang dulu dikenal sebagai kortikotropin.
 ACTH pada gilirannya bekerja pada adrenal korteks, yang menghasilkan glukokortikoid hormon (terutama kortisol pada manusia) sebagai tanggapan terhadap rangsangan oleh ACTH. Glukokortikoid pada gilirannya kembali bertindak hipotalamus dan hipofisis (untuk menekan produksi CRH dan ACTH) dalam siklus umpan balik negatif.
 CRH dan vasopresin dilepaskan dari terminal saraf neurosecretory di median eminence. Mereka diangkut ke anterior pituitari melalui sistem pembuluh darah portal dari hypophyseal tangkai. Di sana, CRH dan vasopresin bertindak sinergis untuk merangsang sekresi ACTH dari corticotrope disimpan sel. ACTH ini diangkut oleh darah ke korteks adrenalin dari kelenjar adrenal, di mana cepat merangsang biosintesis kortikosteroid seperti kortisol dari kolesterol. Kortisol adalah hormon stres utama dan memiliki efek pada berbagai jaringan dalam tubuh, termasuk pada otak. Di otak, kortisol bekerja pada dua jenis reseptor - reseptor mineralokortikoid dan glukokortikoid reseptor, dan ini dinyatakan oleh berbagai jenis neuron. Salah satu target penting Glukokortikoid adalah hipotalamus, yang merupakan pusat pengendali utama dari sumbu HPA.

INTERAKSI ANTARA STRES DENGAN SISTEM IMUN

Stresor pertama kali ditampung oleh pancaindera dan diteruskan ke pusat emosi yang terletak di sistem saraf pusat. Dari sini, stres akan dialirkan ke organ tubuh melalui saraf otonom. Organ yang antara lain dialiri stres adalah kelenjar hormon dan terjadilah perubahan keseimbangan hormon, yang selanjutnya akan menimbulkan perubahan fungsional berbagai organ target. Beberapa peneliti membuktikan stres telah menyebabkan perubahan neurotransmitter neurohormonal melalui berbagai aksis seperti HPA (Hypothalamic-Pituitary Adrenal Axis), HPT (Hypothalamic-Pituitary-Thyroid Axis) dan HPO (Hypothalamic-Pituitary-Ovarial Axis). HPA merupakan teori mekanisme yang paling banyak diteliti.

2 komentar: