Selasa, 14 Juni 2011

PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL

2.1. Penyakit Jantung Bawaan
Penyakit jantung bawaan dinamakan juga cacat jantung kongenital (CJK), karena pada jantung pasien terdapat kelainan anatomis, sebagai akibat terganggunya perkembangan jantung sementara sewaktu masih dalam kandungan ibunya.
Berkembangnya jantung janin mulai pada kandungan dua minggu dan berakhir sebelum kandungan tersebut berumur tiga bulan.pada akhir perkembangan tu, jantung janin sudah seperti jantung orang dewasa, kecuali adanya foramen ovale dan duktus srterious yang masih dapat dilalui darah.

2.2. Penyakit Jantung Kongenital
Merupakan suatu penyakit jantung bawaan atau suatu penyakit jantung yang dibawa oleh seorang bayi yang berlaku sejak dalam kandungan seperti jantung berlubang dan kecacatan pada jantung.
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenitaI besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.
Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara bersamaan sebagai kelainan kongenital multipel. Kadang-kadang suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan beberapa waktu setelah kelahiran bayi. Sebaliknya dengan kermajuan tehnologi kedokteran,kadang- kadang suatu kelainan kongenital telah diketahui selama kehidupan fetus. Bila ditemukan satu kelainan kongenital besar pada bayi baru lahir, perlu kewaspadaan kemungkian adanya kelainan kongenital ditempat lain. Dikatakan bahwa bila ditemukan dua atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditemukannya kelainan kongenital besar di tempat lain sebesar 15% sedangkan bila ditemukan tiga atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditemukan kelainan kongenital besar sebesar 90%.
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embryonal dan fetaI dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan.
Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara lain :
o Kelainan Genetik dan Khromosom.
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya.
o Faktor mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan hentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ cersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ. Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki sepcrti talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes equinovarus (clubfoot).

o Faktor infeksi
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu organ rubuh. Infeksi pada trimesrer pertama di samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah infeksi oleb virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.
o Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.
o Faktor umur ibu
Telah diketahui bahwa mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause.
o Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.
o Faktor radiasi
Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.
o Faktor gizi
Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan, adanya defisiensi protein, vitamin A ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan kejadian &elainan kongenital.
o Faktor-faktor lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.
Berhubung dengan berfungsinya jantung yang cacat serta kelainan anatomis yang telah terjadi, maka CJK dapat dibedakan menjadi 3 golongan :
Cacat Jantung Kongenital Sianotik
Kebanyakan CJK (Cacat jantung kongenital) sianotik meninggal dunia dalam usia kanak-kanak. CJK sianotik yang kadang-kadang nampak pada remaja atau orang dewasa, biasanya Tetralogi Fallot, Kompleks Eisenmenger atau pulmonal stenose dengan Atrial Septal Defect.
Tetralogi Fallot
Nama Tetralogi berdasarkan adanya empat kelainan kongenital, yakni stenose katup pulmonal, pada valvulus sendiri atau pada infundibulum biasanya disertai post-stenotik dilatasi Arteri Pulmonalis, dengan hipertrofi ventrikel kanan. Selain dari dua kelainan tersebut ada juga lubang dalam septum membranaseum antara ventrikel kanan dan kiri dengan aorta berawal di atas lubang tersebut sehingga pada waktu sistole ventrikel, aorta diisi baik dari ventrikel kiri maupun dari ventrikel kanan, suatu ” Overriding aorta ”.
Komplex Eisenmenger
Kelainan kongenital pada komplex ini hampir serupa dengan Fallot, hanya di sini tidak ada pulmonal stenose melainkan justru ada dilatasi pada Arteri Pulmonalis serta cabang-cabangnya. Selanjutnya ada juga hipertrofi ventrikel kanan, hipertensi pulmonal, ventrikel septum defec dengan ” overriding ” aorta. Sianose baru nampak setelah bayi menjadi anak kecil, karena berkat tidak adanya pulmonal stenose oksigenasi darah cukup baik, sehingga walaupun aorta menerima juga darah langsung dari ventrikel kanan, namun reduced Hb yang tercampur pada darah peredaran sistemik, mula-mula belum banyak.


Pulmonal Stenose dengan Atrium Septum Defekt
Atrium septum defect yang terdapat pada CJK ini dapat berupa Persistent Foramen sekundum, atau karena terdesaknya Foramen ovale sampai terbuka, setelah tekanan dalam atrium kanan menjadi lebih tinggi dari tekanan dalam atrium kiri. Karena itu pada CJK ini, sianose baru nampak setelah tekanan dalam atrium kanan melebihi tekanan dalam atrium kiri.
Penyakit Jantung Bawaan yang Potensial Sianotik
CJK yang termasuk golongan potensial sianotik ini adalah :
Atrial Septal Defect ( ASD )
Dalam keadaan ini, ostium sekundum tidak tertutup atau Foramen ovale tetap terbuka atau telah terdesak sampai terbuka oleh tekanan dalam atrium kanan yang melebihi tekanan atrium kiri. Dapat terjadi pula ASD karena Ostium primum tidak tertutup.
Ventrikular Septal Defect
Biasanya berupa lubang pada septum membranaseum. Jikalau lubangnya kecil tidak menyebabkan keluhan, walaupun murmurnya dapat terdengar keras.
Patent Duktus Arteriosus ( PDA )
Duktus arteriosus yang menghubungkan Arteri Pulmonalis dan Aortatetap terbuka dan dilalui darah dari Aorta ke Arteri Pulmonalis pada waktu sistole maupun diastole. Jikalau tekanan dalam sirkulasi paru-paru telah meningkat sampai kira-kira sama denngan tekanan sistemik, murmur karena mengalirnya darah melalui duktus kurang terdengar karena shuntnya berkurang. Jikalau tekanan pulmonal telah melebihi tekanan sistemik, terjadi reversed shunt dengan sianose, hanya nampak pada ujung-ujung jari kaki atau bagian tubuh yang mendapat darah melalui aorta desendens.
Kelainan Jantung Kongenital Tanpa Sianose
Pada PJB kelompok ini tidak ada shunt, sehingga tidak ada kemungkinan untuk menjadi sianose, namun ada satu perkecualian, yakni pada Koarktasio aortae tipe infantil.
Koarktasio Aortae
Merupakan kelainan di sekitar tempat bersambungnya Duktus arteriosus pada Aorta desendens dan Arkus aortae, yang mengakibatkan terjadinya penyempitan aorta disekitar tempat tersebut.
Isolated Pulmonic Stenosis, Pulmonal stenose tanpa shunt
Stenose dapat terjadi pada katup sendiri atau pada infundibulum yang perlu dan dapat dibeda-bedakan dengan melakukan kateterisasi jantung, jikalau pasien akan dioperasi.
Aortik dan Subaortik Stenosis
Kongenital Mitral Stenose
PJB ini biasanya hanya terdapat pada bayi yang berumur pendek karena mitral stenosenya disertai beberapa cacat kongenital lain akibat langsung daripada terganggunya perkembangan jantung janin.
Dextrokardi
Dapat merupakan jantung yang berfungsi normal namun terletak dalam hemitoraks kanan dan merupakan santiran, atau pantulan kaca dari jantung biasa. Artinya yang berfungsi sebagai pompa peredaran sistemik terletak disebelah kanan dan yang berfungsi sebagai pengedar darah pulmonal disebelah kiri. Dextrokardi ini biasanya disertai dengan situs viscerum inversus.

Diagnosa
Pemeriksaan untuk menemukan adanya kelainan kongenital dapat dilakukan pada pemeriksaan janin intrauterine, dapat pula ditemukan pada saat bayi sudah lahir. Pemeriksaan pada saat bayi dalam kandungan berdasarkan atas indikasi oleh karena ibu mempunyai faktor resiko, misalnya: riwayat pernah melahirkan bayi dengan kelainan kongenital, riwayat adanya kelainan-kongenital dalam keluarga, umur ibu hamil yang mendekati menopause.
Pencarian dilakukan pada saat umur kehamilan 16 minggu. Dengan bantuan alat ultrasonografi dapat dilakukan tindakan amniosentesis untuk mengambil contoh cairan amnion Beberapa kelainan kongenital yang dapat didiagnose dengan cara ini misalnya: kelainan kromosome, phenylketonuria, galaktosemia, defek tuba neralis terbuka seperti anensefali serta meningocele.
Penanganan
Kelainan kongenital berat dapat berupa kelainan kongenital yang memerlukan tindakan bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan kelainan kongenital yang memerlukan koreksi kosmetik.
Setiap ditemukannya kelainan kongenital pada bayi baru lahir, hal ini harus dibicarakan dengan orang tuanya tentang jenis kemungkinan faktor penyebab, langkah-langkah penanganan dan prognosisnya.

2.3. Penyakit Jantung Bukan Kongenital
Merupakan suatu penyakit jantung yang terjadi akibat jangkitan atau cara hidup yang tidak sehat seperti penyakit jantung koronari ataupun serangan jantung.
Serangan Jantung
Seseorang itu dikatakan mendapat serangan jantung apabila otot jantungnya tidak mendapat bekalan darah yang mencukupi disebabkan pembuluh darah menjadi sempit atau bekalan darah terhenti sama sekali.
Ini terjadi apabila berlakunya pengumpulan lemak yang melekat pada dinding saluran darah yang lama kelamaan menyempit atau menyekat pengaliran darah ke jantung. Jika pembuluh darah tersumbat sepenuhnya, ini boleh menyebabkan serangan jantung.
Faktor-faktor risiko serangan jantung
o Kurang senaman/tidak aktif
o Merokok
o Pemakanan yang tidak sehat
o Kegemukan
o Diabetes
o Tekanan darah tinggi
o Tekanan perasaan (stress)

Pencegahan serangan jantung
o Bersenam sekurang-kurangnya 3 kali seminggu, 20-30 menit setiap kali
o Makan secara sehat
o Kekalkan berat badan unggul
o Berhenti merokok
o Belajar menangani tekanan perasaan
o Periksa tekanan darah
o Periksa paras glukosa darah
o Awasi paras kolesterol
o Lakukan pemeriksaan kesihatan secara berkala

Tanda-tanda Serangan Jantung
o Sesak nafas
o Sakit dada yang menekan-nekan bermula di bahagian tengah atau kiri dada dan biasanya merebak ke lengan kiri dan leher
o Sakit mencengkam sehingga boleh menyebabkan pitam atau pingsan
o Berpeluh dingin
o Berasa sejuk walaupun suhu persekitaran panas
o Pening kepala dan berasa loyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar